Selasa, 14 September 2010

chapter 1

Di suatu sudut sekolah menengah atas yang banyak di lalui orang berdirilah Arya pria tampan dan bertubuh tinggi. Arya dan aku memang masih menjadi siswa baru di SMA 96 ini, namun kharisma yang di miliki arya membuat ia cepat di kenal satu sekolah. Aku berteman dengan Arya sejak kami masih kecil, ketika itu aku sedang menangis karena jatuh dari sepeda. Rumah ku dan Arya memang 1 komplek dan kebetulan ketika itu Aku baru saja pindah ke komplek itu.

Arya melintas di depan ku ketika aku sedang menangis sambil memegang lututku yang lecet.
"Kamu kenapa kok nangis." Arya menaruh sepedanya dan mendekat padaku saat itu.

"Ini aku jatuh dari sepeda, terus mau pulang tapi kakinya sakit." Jawabku saat itu sambil terus menangis karena kesakitan.

Dia membuka tas ranselnya dan mengambil beberapa plester, Arya membersihkan luka ku dan melekatkan plester itu.

"Udah ga usah nangis lagi, udah aku plester tuh." Arya berusaha membuatku diam saat itu dan memberikan senyumnya.

"Makasih ya udah bantuin aku." Aku pun kini mencoba bangkit dari tempat duduk ku tadi dan mendirikan sepedaku yan terjatuh tadi.

"Oh iya aku Arya, kamu siapa ya? Kamu anak baru itu ya." Tegur Arya kembali sambil membantuku mendirikan sepeda.

"Aku Andini Putri, tapi panggil aja aku Andin." Jawabku sambil bersalaman dengan Arya.

Arya pun mengikutiku sampai rumah karena dia takut aku terjatuh lagi. Mungkin sejak saat itu Aku dan Arya berteman sampai saat ini, saat Aku dan Arya menjadi siswa baru di SMA 96.

Sekolah kami ini memang bukan sekolah unggulan yang dapat di banggakan dari sisi akademik, tapi Aku dan Arya sangat senang dapat bersekolah disini. Mungkin karena memang sekolah ini merupakan salah satu sekolah negeri di Jakarta dan kami memang menginginkan sekolah negeri.

Sebenarnya Arya bisa saja masuk ke sekolah-sekolah unggulan yang ada di Jakarta, namun entah mengapa Arya tidak mau menggunakan nilainya yang nyaris sempurna itu untuk masuk ke sekolah unggulan. Sifat Arya memang tidak dapat di tebak, ia memang teman ku sejak kecil tapi untuk urusan sifat jujur Aku tidak mengerti sama sekali. Arya selalu saja mempunyai rahasia dalam hidupnya.

Arya kini tetap asik berdiri di sudut kelas sambil terus memainkan ponselnya, entah apa yang dia kerjakan dengan ponselnya. Aku hanya berani melihatnya dari balik jendela kelasku. Kelas ku dan Arya memang terpisah karena Arya memang masuk ke kelas yang penuh dengan orang-orang pintar, sedangkan aku hanya masuk ke kelas yang biasa-biasa saja.

Ponsel ku pun bergetar dan aku pun bergegas mengambilnya dari saku baju ku. Ketika ku lihat ke layar ponselku ternyata Arya, Aku baru memahami jika sejak tadi Arya sibuk mengetik beberapa kata di pesan singkatnya untukku. Aku membacanya dengan tenang, Arya bertanya mengapa hari ini aku tidak pergi keluar kelas dan menemuinya di kelas.

Kebiasaanku dan Arya sejak kami berteman memanglah kami harus bergantian datang ke kelas masing-masing apabila kelas kami memang terpisah.

Aku segera membalas pesan Arya itu untuk menyampaikan permintaan maafku karena hari ini aku memang lupa pergi kesana. "Arya maaf aku ga kesana, aku lupa. Lagian jam istirahat mau habis dan aku banyak tugas hari ini." Aku pun mengklik tanda send di ponselku.

Tak lama kemudian Arya melihat ponselnya, mungkin memang pesan singkatku tadi sudah terkirim kini. Aku melihat raut muka Arya seperti biasa ketika aku tidak dapat menemuinya di kelas. Dia pun masuk ke dalam kelas dan berkumpul dengan teman-temannya yang pintar.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku masih merapikan buku-buku ku yang ada di atas meja saat Arya menghampiriku di kelas. Sebenarnya Aku sudah tau apa yang akan dia lakukan karena kesalahanku tidak menemuinya di kelasnya ketika istirahat tadi. Arya pasti akan memintaku membuatkannya sepiring mie goreng lengkap dengan telur mata sapi dan udang. Ini adalah sanksi bila aku melanggar perjanjian yang ada sejak kecil, sedangkan Arya akan membelikanku beberapa permen lolipop apabila dia melanggar janjinya.

Dengan segaris senyum di wajahnya Arya mendekat kepada ku membantu memasukkan beberapa alat tulis yang masih tergeletak di mejaku, ya Arya memang sosok teman yang baik untuk ku. Dia selalu menemaniku saat senang maupun sedih.

Semua buku dan alat tulis kini telah ada dalam tas ku, Arya pun segera menarikku ke parkiran motor dan mengantarkan ku pulang. Ada beberapa teman kami ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama yang tau bahwa kami memang sudah dekat dari dulu, namun ada juga yang beranggapan bahwa kami ini berpacaran karena selalu pulang pergi bersama. Arya tidak pernah memperdulikan omongan disekitarnya karena yang ia pedulikan hanyalah bagaimana dia dapat berteman baik dengan semua orang.

"Din tar biasa ya mie goreng pake telor dan udangnya." Rengek Arya padaku.

"Iya tar aku buatin tadi aku yang salah." Jawabku datar.

Rumahku memang selalu sepi karena memang jika pagi datang mama dan papa sibuk dengan urusan kantornya sementara keluargaku memang tak menggunakan jasa pembantu. Bagi mama pembantu hanya akan membuatku malas nantinya. Inilah yang membuat Arya selalu betah berlama-lama di rumah ku saat pulang sekolah.


Setibanya aku di rumah, Arya langsung mengambil remote televisi sedangkan aku izin kepada Arya untuk mengganti pakaian dan membuatkannya mie goreng.

Tak lama kemudian aku menuruni anak tangga dan menemukan Arya yang sudah tertidur dengan televisi yang menyala, Aku hanya mematikan televisi itu dan menuju dapur untuk membuatkan Arya mie goreng. Tak butuh banyak waktu untuk membuatkan Arya mie goreng karena sema bahan memang sudah tersedia dalam lemari es.

Mie goreng lengkap dengan telor mata sapi dan udang kini siap di meja makan, tak lupa juga aku membuatkan Arya segelas orange juice karena ini memang makanan dan minuman yang Arya suka dari dulu.

Aku menghampiri Arya yang tengah tertidur pulas kini, raut wajahnya yang polos membuat ia terlihat makin tampan. Dia memang idaman semua wanita, namun tidak dengan aku yang sudah menganggap Arya sebagai sahabat dekatku.

Perlahan aku bangunkan Arya, dia hanya menggeser posisi tidurnya dan belum bangun. Sekali lagi ku bangunkan dia dari tidurnya dan matanya agak sedikit terbuka kini. Dia kembali tersenyum padaku dan aku pun membalas senyumnya.

"Gimana Din mie goreng aku udah jadi kan?" Tanya Arya padaku.

"Udah kok, udah ada di meja tuh. Makan sana." Jawab ku sambil duduk di atas sofa samping Arya.

Meja makan yang tadinya tergeletak sepiring mie goreng dan segelas orange juice dalam 5 menit habis di santap oleh Arya. Senyuman ku mengembang lebar ketika Arya menatapku dengan orange juice yang belum sempat tertelan.

"Woy ya biasa aja kali makan mie goreng buatan aku nya, cepet-cepet amat makannya padahal aku baru mau minta." Aku membuka sambil duduk di samping Arya.

1 komentar:

  1. dikalimat "aku membuka sambil duduk disamping Arya" itu maksudnya membuka apa?
    menurut gue sih udah bagus kak. Cuman perlu ditambah beberapa kalimat yang bisa membuat pembacanya seperti ikut memerankan adegan didalam cerita tersebut.

    BalasHapus